Selasa, 01 Oktober 2013

Metamorfosis Pada Lalat

Metamorfosis Lalat
Lalat merupakan salah satu jenis serangga yang selalu lekat dengan kesan jorok atau kotor. Hal ini mungkin disebabkan lalat ini suka hinggap di kotoran dan mereka memperoleh makanan dengan cara memuntahkan air liurnya dan memakannya kembali. Lalat merupakan sub-ordo dari Diptera. Ia mungkin serupa dengan nyamuk, namun sebenarnya mereka berbeda. Sama seperti nyamuk, lalat juga merupakan medium penyebar penyakit yang cukup serius pada manusia. Sebab saat lalat menghinggapi makanan atau sebuah tempat, maka makanan dan tempat tersebut akan terkontaminasi dengan kuman sejumlah kurang lebih 125.000. Dalam ilmu biologi, para ilmuan biasanya mempelajari metamorfosis lalat sebab ia merupakan salah satu contoh metamorfosis yang sempurna.

Metamorfosis lalat dimulai dari telur hasil fertilisasi. Lalat memiliki tingkatan jumlah reproduksi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan serangga lainnya. Selain itu laju produksinya juga lebih dibandingkan jenis serangga lain. Hal ini disebabkan kemampuan mereka dalam hal kawin sangat efisien juga efektif terlebih pada musim kawin. Setelah proses fertilisasi, induk lalat akan bertelur. Biasanya ia melekatkan telurnya ke dalam sumber makanan misalnya buah yang hampir busuk. Kemudian perkembangan selanjutnya adalah perubahan telur menjadi larva.

Metamorfosis lalat yang ditandai berubahnya telur manjadi larva dibagi ke dalam dua periode yakni periode embrionik dan periode perkembangan postembrionik. Periode embrionik adalah fase dimana lalat melakukan fertilisasi dan kemudian menghasikan telur yang kemudian menetas menjadi larva muda hanya dalam kurun waktu 24 jam saja. Penetasan larva ini terjadi di dalam tempat sang induk meletakkan telur. Larva lalat ini kadang disebut juga dengan belatung. Pada fase ini, larva muda tersebut tak berhenti makan dan mempersiapkan dirinya masuk ke dalam periode metamorfosis selanjutnya yakni post embrionik.

Apa yang dimaksud dengan post embriotik adalah periode setelah telur berubah menjadi larva. Larva ini sendiri dibagi ke dalam tiga bagian yakni larva instar I, larva instar II, dan larva instar III. Pembagian larva ini didasarkan pada proses pergantian kulit pada larva yang memang terjadi sebanyak 3 kali dengan kurun waktu 7 sampai 10 hari per perubahan. Setelah masa instar selesai, metamorfosis lalat akan memasuki fase pupa atau kepompong dan kemudian selanjutnya menjadi imago atau fase seksual yang ditandai pada perkembangan pada bagian sayap hingga akhirnya menjadi lalat dengan tubuh yang sempurna.

Sebagai hewan dengan metamorfosis yang sempurna, lalat melalu jalur hidup: telur --> larva (larva instar I, larva instar II, dan larva instar III) --> pupa atau kepompong --> imago atau lalat sempurna. Para ilmuan banyak yang mempelajari metamorfosis lalat dan ia lazim dijadikan sampel atau contoh dalam sub teori "Metamorfosis". Adapun jenis lalat yang sering dijadikan objek pengamatan dalam studi biologi adalah lalat buah. 
ANDA PUNYA PERMASALAHAN DENGAN SERANGGA + RAYAP DIRUMAH ,TEMPAT USAHA,ATAU KANTOR ANDA???HUBUNGI KAMI



Jumat, 27 September 2013

PEST CONTROL & TERMITE CONTROL -TERMINIX

- or -
+6282110080970
Terminix - Nix Pests for Good

Home Repair

 

SURVEY GRATIS DAN TIDAK MENGIKAT,,,,,!!!!!

Often when inspecting for termites, our trained specialists discover termite or other damage that has been made to homes and other structures. As a result Terminix has developed the capability to do repairs as well as other large and small home improvements.

House Mice

Home owners are more likely to see rodents in the cooler months because many of the outside food sources such as seeds and plants are gone. They come inside looking for new food sources!

Pest of the Month

Brown Banded Cockroach

Like all cockroaches that invade buildings, this species prefers to spend much of its time resting in cracks and voids. Most of its activity will occur at...  Ask the Entomologist!
JANGAN BIARKAN MEREKA MENGGANGGU  DAN MERUSAK PROFERTY ANDA,APAPUN MASALAH HAMA YANG ANDA HADAPI,,NYAMUK,TIKUS,LALAT,KECOA,KUTU LONCAT,DAN RAYAP,,,PERCAYAKAN KEPADA KAMI UNTUK MENANGANI DAN MENGATASINYA,,TERMINIX MERUPAKAN PERUSAHAAN INTERNATIONAL (AMERIKA) YANG DI ISI OLEH PRIBADI- PRIBADI YANG AHLI DI BIDANGNYA,,,,,!!!!




Zip Code



Minggu, 02 Juni 2013

RAYAP YANG SERANG ISTANA,JENIS RAYAP PALING BERBAHAYA,,,,,!!!!!!!

Peneliti IPB mengungkapkan, struktur atas bangunan Istana Merdeka, di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, yang jadi kediaman resmi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, ternyata diserang jenis rayap paling berbahaya.

"Jenis rayap yang menyerang bangunan atas Istana Merdeka itu adalah `Coptotermes curvignathus`, yakni jenis rayap paling berbahaya," demikian disampaikan juru bicara tim peneliti rayap dari Laboratorium Hasil Hutan Pusat Studi Ilmu Hayati (PSIH) Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Dr Ir M Surjono Surjokusumo, MSF, PhD di Bogor, Rabu (5/4).

Ia mengemukakan hal itu bersama anggota tim peneliti rayap lainnya yakni, Dr Ir Naresworo Nugroho, Ir Yudi Rismayadi, MSi,Ir Niken Subekti, MSi, Dr Ir Farah Diba dan Ir Arinana, Msc pada diskusi terbatas berkaitan dengan potensi serangan rayap pada bangunan dengan sejumlah wartawan di Kampus IPB Darmaga.

Bersama sejawatnya, Prof Dr Ir Rudolf Christian Tarumingkeng, MF, PhD, M Surjono Surjokusumo, pekan lalu mengungkapkan bahwa Istana Merdeka mengalami kerusakan pada bagian plafon bangunan yang berunsur kayu akibat diserang koloni rayap.

"Beberapa waktu lalu saya dan pak Rudi (Rudolf) diundang ke Istana Merdeka untuk memastikan apa benar istana diserang oleh koloni rayap, dan ternyata benar. Plafon di Istana Merdeka, tepatnya di ruangan yang biasa dipergunakan presiden menerima tamu, jatuh. Yang utuh hanya rangka alumuniumnya saja," kata guru besar Fakultas Kehutanan (Fahutan) IPB yang segera purna-tugas itu.

Dengan kondisi tingkat keseriusan ancaman kerusakan lebih parah lagi pada Istana Merdeka, kata dia, tim peneliti rayap PSIH IPB kini sudah mematangkan konsep, sekaligus langkah aksi untuk dapat memberantas koloni-koloni rayap, yang setiap satu koloninya terdiri atas jutaan rayap.

"Rekomendasi kita adalah hendaknya rehabilitasi Istana Merdeka jangan dilakukan sebelum ada langkah `sterilisasi rayap`," katanya.

Langkah "sterilisasi" tersebut, menurut dia, adalah menghabisi koloni rayap di setiap area yang ada pada dan di sekitar area bangunan Istana Merdeka yang menurut jadwal pada bulan Mei mendatang akan mulai dikerjakan.

Sementara itu, Yudi Rismayadi, anggota peneliti yang langsung melakukan observasi di Istana Merdeka mengemukakan bahwa struktur atas pada gedung dimana Presiden Yudhoyono dan keluarga tinggal, sudah sangat parah akibat serangan koloni rayap jenis paling berbahaya itu.

"Terjadi pelapukan-pelapukan pada unsur kayu di bagian atas Istana Merdeka, dan itu amat berbahaya jika akhirnya runtuh," katanya.

Untuk itu, kata dia, diperlukan metode penanganan gabungan, yakni dengan membasmi koloni rayap dengan zat yang mematikan, serta metode "sentricon coloni elimination system", yakni cara baru pengendalian rayap dengan metode umpan.

Keunggulan metode "sentricon" itu, yakni memberantas tuntas koloni rayap, tidak merusak bangunan serta ramah lingkungan.

Beberapa tahapan dari metode "sentricon" itu, kata Yudi Rismayadi, pertama: stasiun "sentricon" dan kayu umpan ditempatkan di lokasi strategis di sekitar bangunan gedung, kedua: pemeriksaan stasiun umpan secara periodik untuk memantau aktivitas rayap.

Ketiga, rayap yang menyerang kayu umpan dipindahkan ke dalam umpan rayap beracun dan keempat, secara periodik umpan racun diperiksa sampai koloni rayap akhirnya tereliminasi.

Pengamanan ganda
Pada bagian lain, ia juga menjelaskan bahwa melihat perkembangan rayap yang kini menyerang bangunan-bangunan penting seperti Istana Presiden, bangunan berukuran besar dan gedung-gedung tinggi, diperlukan sebuah pengamanan yang lebih.

"Artinya, kalau bangunan seperti Istana Merdeka, yang merupakan simbol negara dan bangsa Indonesia, jelas diperlukan pengamanan ganda (agar tidak diserang rayap)," katanya.

Ia mengatakan, saat ini rayap tidak hanya populer menyerang kayu sebagai bagian konstruksi bangunan rumah tinggal sederhana, namun telah merambah dengan menyerang bangunan vital seperti Istana Kepresidenan, gedung bertingkat tinggi, yang dari segi konstruksi hampir dikatakan aneh dapat terserang rayap, apalagi dilengkapi kayu awet kelas satu, basement dengan lantai "slab" beton bertulang, atau sangat minimal menggunakan kayu sebagai komponen struktural bangunan.

Pada bangunan bertingkat tinggi itu, katanya, rayap menyerang komponen-komponen kayu sebagai bagian dari ornamen bangunan seperti furnitur, kitchen set dan yang lainnya.

"Bahkan, pada beberapa kasus serangan rayap menghabiskan dokumen-dokumen yang berada di dalam gedung, menghancurkan wallpaper, merusak parquet, dan bahan bangunan baru seperti gipsum, dan kondisi itu mengubah hama rayap yang populer dari hama kayu menjadi hama bangunan," katanya.

Pasalnya, kata dia, rayap tidak hanya menyerang struktur kayu, tetapi juga mengganggu bangunan secara keseluruhan. "Oleh karena itu, tidak aneh jika keruginan yang diakibatkan rayap tidak kurang dari Rp 2,7 triliun," katanya. [TMA, Ant/man]

Mengenal Lebih Dekat Kerajaan Rayap


1. Ratu

Ratu rayap dapat hidup sampai dengan 20 tahun, bahkan lebih. Dan selama hidupnya ratu hanya bertelur dan tetap berada di inti sarang dan tidak keluar sampai akhir hayatnya. Hanya ada satu ratu di setiap koloni rayap. Ukuran ratu Macrotermes dewasa dapat sebesar jempol pria dewasa bahkan lebih.
Meskipun belum dapat dibuktikan secara ilmiah, ratu rayap dipercaya dapat menentukan masa depan nimfa entah itu akan menjadi pekerja, laron atau prajurit dengan menggunakan frekuensi suara tertentu yang di kirimkan kepada nimfa.

http://www.solusiantirayap.com/wp-content/uploads/2009/02/koloni-rayap-300x225.jpg

2. Raja

Berbeda dengan raja semut yang segera mati setelah tak lama menghasilkan keturunan dengan ratu semut, raja rayap menemani sang ratu rayap seumur hidupnya. Ukuran raja rayap pada umumnya hanya 1/10 dari ukuran ratu rayap. Ukuran raja rayap hanya bertambah sedikit setelah menemani sang ratu. Dalam satu koloni hanya ada satu ratu dan raja.
http://www.solusiantirayap.com/wp-content/uploads/2009/06/b-256x300.jpg

3. Nimfa

Nimfa merupakan bayi rayap yang akan menjadi pekerja, laron atau prajurit sesuai dengan kebutuhan koloni rayap. Sang ratu sendiri yang akan menentukan kebutuhan koloni.

4. Rayap Pekerja

Rayap pekerja dapat berjumlah hingga 85% dari sebuah koloni. Kelangsungan hidup sebuah koloni rayap tergantung dari rayap pekerja karena hanya merekalah yang dapat mengkonsumsi kayu dan membagikannya kepada seluruh anggota koloni rayap yang lain. Dengan kata lain merekalah yang menyuapi makanan kepada seluruh anggota koloni yang lain (ratu, raja, prajurit, nimfa dan telur).
Mereka adalah pencari sumber makanan yang gigih, dan dipercaya jangkauan mereka dapat mencapai sejauh 50 meter bahkan lebih dari sarang. Mereka juga berfungsi membersihkan wajah (grooming) seluruh anggota koloni. Dan yang perlu diingat adalah, hanya mereka yang merusak bangunan kita.

5. Rayap Prajurit

Rayap prajurit berjumlah sampai dengan 15% dari seluruh anggota koloni. Mereka
mempunyai bentuk rahang khusus untuk bertempur dan menjaga diri mereka. Rayap prajurit memiliki kepala yang sangat keras dan tidak akan hancur apabila ia mati. Rayap prajurit menjaga dan menemani rayap pekerja di sekitar sumber makanan untuk berjaga dari serangan predator (semut) maupun koloni rayap lain.Rayap prajurit akan membunyikan alarm kepada koloni apabila timbul ancaman atau bahaya bagi koloni, entah itu adanya bau kimia, gangguan hewan / manusia maupun serangan dari predator dan koloni rayap lain dengan cara membenturkan kepalanya di terowongan tanah mereka dan alarm ini akan menyebabkan rayap pekerja dan prajurit untuk berpencar dan bersembunyi di tempat yang mereka anggap aman (misal retakan tembok) dan akan bekerja kembali setelah bau kimia / keadaan dianggap aman.
Berpencarnya anggota koloni akan menyebabkan terbentuknya satelit koloni (koloni yang terputus dari sarang), namun tetap memiliki potensi merusak bangunan.



6. Laron

Sama halnya seperti semut, koloi rayap juga memiliki laron namun berbeda bentuk. Laron diterbangkan oleh koloni rayap 2 kali dalam setahun dalam keadaan udara yang agak hangat dan angin yang tidak terlalu kencang. Hal dilakukan untuk meningkatkan harapan hidup laron terhadap gangguan alam.
Laron akan mencari pasangannya dibawah sinar lampu. Setelah mereka menemukan pasangannya, maka mereka akan memutuskan sayap mereka dan akan berjalan beriringan mencari celah di tanah atau di bangunan


JANGAN BIARKAN RAYAP MERAJALELA MENGHANCURKAN BANGUNAN ANDA,PROTEKSILAH SECARA DINI,,!!!!,,,HUBUNGI KAMI,,,!!!!!!








KENAPA KECOA SUSAH DI BERANTAS???? INI ALASANNYA,,,,!!

Kecoa Tak Suka Rasa Manis, Sulit Diberantas
Para ilmuwan telah menemukan jawaban mengapa kecoa begitu sulit diberantas. Ternyata beberapa spesies telah kehilangan sensor manis pada gigi mereka. Sehingga ketika racun manis diumpankan untuk menarik dan membunuh mereka, maka akan sia-sia belaka.

Ilmuwan Amerika Serikat mempersiapkan sedikit bagian selai kacang. Bagi kecoa lapar, umumnya mereka akan mengeroyok selai itu. Tetapi bagi mereka yang kehilangan gigi manis maka mereka akan menolak dan melompat menjauh setelah mencicipinya.

Tim peneliti dari North Carolina State University menunjukkan bahwa kecoa yang tidak menyukai selai, maka sel-sel pengecap rasa pahit seketika bekerja ketika mereka merasai gula. Sensor pengecapnya mengesampingkan sel manis. Ini berarti bahwa gula dianggap pahit. Detil laporan ini telah dipublikasikan dalam jurnal Science.

Eksperimen yang dilakukan oleh Coby Schal juga membantu menjelaskan mengapa kecoa kecil yang dikenal dengan kecoa Jerman menjadi lebih sulit dibasmi sejak pertengahan 1980-an. Saat itu banyak orang mulai menggunakan racun hama berlapis glukosa, bukan insektisida. Sejumlah kecoak diperkirakan memiliki sel-sel yang merasakan rasa manis pahit sehingga mereka mampu menghindari racun model baru itu.

Sekitar 25 generasi atau selama 5 tahun, sifat tersebut akan menjadi biasa. "Kecoa sangat adaptif," kata Jules Silverman, penemu keengganan terhadap glukosa dalam tes umpan dari North Carolina State University. Temuan menggambarka kecakapan evolusi yang membuat kecoak begitu sulit untuk dibasmi.

Dalam studi tersebut, Silverman dan tim menjelaskan cara kerja mutasi genetik yang memungkinkan beberapa kecoak bertahan hidup dan berkembang biak. Kuncinya adalah neuron tertentu yang membuat sinyal otak tentang makanan. Pada kecoak normal, glukosa sangat menggairahkan neuron yang kemudian akan memberitahu otak bahwa itu manis. Namun pada serangga mutan, glukosa justru meredam sinyal neuron yang mengatakan manis tadi. Sehingga otak mendapat pesan bahwa manis adalah rasa yang mengerikan.

Para ilmuwan saat ini sedang mencari apakah kecoak jenis lain juga menunjukkan keengganan pada glukosa.

ANDA DI BUAT JENGKEL DENGAN KEHADIRAN KECOA DI TEMPAT USAHA ANDA???,,SEGERA HUBUNGI KAMI,,,!!!...:)


kecoa juga bisa menularkan cacing berbahaya

Kecoa merupakan hewan yang bertempat tinggal di area yang kotor sehingga membuat serangga ini dikenal menjadi sarang berbagai kuman penyakit. Akhir-akhir ini beredar kabar yang menyebutkan bahwa cacing dalam perut kecoa bisa menular ke tubuh manusia. Cacing apakah itu?

"Kecoa ini kan memiliki sifat grooming (membersihkan diri) yah. Ketika habis melewati tempat-tempat kotor, dia akan menjilat-njilati tubuhnya. Bisa saja telur cacing yang menempel masuk ke dalam tubuhnya masuk kemudian menetas di perutnya," terang Dr. drh. Upik Kesumawati Hadi, MS, ahli parasitologi dari Departemen Ilmu Penyakit Hewan Institut Pertanian Bogor ketika dihubungi detikHealth, Kamis (25/4/2013).

Kabar yang santer beredar di Facebook menerangkan bahwa di dalam perut kecoa terkandung cacing halus. Apabila digencet dan keluar isi perutnya, cacing ini bisa keluar dan masuk lewat pori-pori manusia.

dr Upik menjelaskan kecoa yang tergencet tidak hanya mengeluarkan cacing atau telur cacing saja, melainkan kuman dan bakteri yang banyak beredar di tempat tinggalnya. Namun dr Upik tetap menyarankan agar masyarakat tidak terlalu khawatir sebab infeksi cacing lebih banyak dilakukan lewat makanan dan tangan yang tak dijaga kebersihannya, bukan lewat kecoa secara langsung.

Untuk jenis cacing yang bisa menginfeksi kecoa, dr Upik menerangkan bahwa cacing-cacing pencernaan pada manusia bisa saja masuk. Terutama apabila kecoa habis melewati septic tank. Adapun jenis cacing pencernaan adalah cacing kremi, cacing perut, cacing tambang dan sebagainya.

"Kalau yang dikatakan bisa masuk ke pori-pori mungkin seperti cacing di tanah yang biasanya pada anak-anak kalau suka bermain di luar nggak pakai sandal bisa masuk, misalnya jenis Ancylostoma," terang dr Upik.

Walau demikian, dr Upik menyarankan bahwa kabar mengenai cacing dalam perut kecoa ini masih perlu diteliti lagi keabsahannya. Untuk mengatasi infeksi cacing, meminum obat cacing sudah cukup membasmi cacing di dalam tubuh.

TEMPAT USAHA ANDA BANYAK KECOANYA???JANGAN DI BIARKAN...!!!!




Jumat, 31 Mei 2013

SEMUT HITAM KECIL




Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Hexapoda
Class : Insecta
Subclass : Pterygota
Infraclass : Neoptera
Order : Hymenoptera
Family : Formicidae
Genus : Monomorium Mayr
Species : Monomorium minimum Buckley (Borror et al, 1992)
Monomorium minimum atau little black ant merupakan serangga-serangga yang memiliki dua pasang sayap dimana antara sayap depan dan sayap belakangnya terkait oleh hanuli. 
Famili ini dicirikan dengan ruas metasoma pertama (kadang-kadang 2 ruas metasoma pertama) memiliki satu punuk atau bungkul dan sangat berbeda dari metasoma sisanya; sungut-sungut biasanya bersiku, paling tidak pada yang betina, dengan ruas pertama panjang; pronotum agak segiempat pada pandangan lateral, biasanya tidak mencapai tegulae, seringkali tidak bersayap. Kasta pekerja umumnya berukuran1/32- 1/16 inchi (1,5-2mm) sedangkan ratu dapat mencapai ukuran 1/8 inchi. Slender, halus, hitam mengkilap hingga coklat-gelap, terdapat satu segmentasi pedicel pada bagian antara thorax dan abdomen. Antenna terdiri dari 12 segmen, segmen pertama memanjang, sedangkan 3 segmen terakhir membesar. Scapel tidak mencapai tengkuk, mata kecil, madibula masing-masingf dengan 4 gigi, propodeum tanpa spina, terdapat dua nodus petiole dan postpetiole, dimana petiole lebih tinggi dan kurang lebar dibandingkan postpetiole (Anonim2, 2009).
M. minimum termasuk dalam serangga yang mengalami metamorfosis sempurrna (Holometabola). Pada golongan serangga dengan jenis metamorfosis yang seperti ini mengalami 3 stadia hidup, yakni larva, pupa, dan imago.
 
Salah satu keunikan dari kelompok semut yaitu mereka terkelompok dalam satu koloni (serangga sosial), dimana dalam koloni tersebut terdapat pembagian kasta, yaitu ratu, jantan, dan pekerja. Ratu bertugas untuk memproduksi telur dalam koloni, jantan bertugas untuk megawini ratu, sedangkan pekerja memiliki tugas untuk mencari makanan untuk kebutuhan koloni, menjaga koloni, serta mengasuh telur dan larva dari ratu. Berbeda dengan semut lain yang hanya memiliki satu ratu dalam koloni, M. Minimum sering memiliki banyak ratu, yakni 2-28 ratu. Di alam sering pula terjadi koloni polydomous, yaitu pertukaran pekerja antara 2-5 sarang yang berdekatan. Koloni berukuran cukup besar mencapai 8.000 pekerja, dimana pekerja ini dapat muncul sepanjang tahun, sedangkan jantan dan ratu hanya muncul saat musim panas (bulan Juni-agustus). Dari penelitian di laboratorium diketahui bahwa ratu dapat hidup selama satu tahun dan pekerja selama empat bulan. Belum diketahui adanya perkawinan dengan penerbangan, kebanyakan ratu tidak bersayap (Anonim7, 2009).
Semut ini termasuk omnivora, mereka memakan segala macam makanan. Namun secara umum mereka lebih memilih untuk mengkonsumsi cairan madu yang diproduksi kutu daun. Meskipun lambat untuk menemukan sumber makanan, mereka mencari bersama dalam jumlah besar, memonopoli dan mendominasi sumber makanan yang ditemukan. Mereka cenderung mencari makanan pada saat suhu optimum 30 C, yakni saat puncak pagi dan sore. Semut ini memiliki kisaran jelajah sejauh 10 m2. Kebiasaaan unik dari semut ini dalam mencari makan adalah mereka dapat merebut bahan makanan yang telah didapatkan semut lain. Pekerja
dari jenis ini dapat menaikkan gasters (mengangkat bagian perut), bergetar dan melepaskan sekresi dari kelenjar racun untuk mengusir semut saingan. Perilaku ini disebut “gaster flagging”. Perilaku ini berguna untuk offensif dan deffensif. Serangan ini biasa dilakukan kepada spesies semut lain, misal Solenopsis invicta atau Linepithema humile. Dilaporkan pula bahwa semut ini dapat membunuh seekor burung yang baru menetas (Anonim7, 2009; Bhatkar,1992).
M. Minimum menempati berbagai tipe habitat yang berbeda (termasuk hutan, padang rumput, hutan-hutan, padang rumput, padang pasir, pinggir jalan) tetapi lebih menyukai habitat yang lembab, biasanya dekat pinggiran hutan. Mereka adalah salah satu yang paling umum ditemukan dalam jumlah besar di rumah-rumah di Amerika Serikat, bersarang di dinding batu atau kayu. Di luar ruangan sering ditemukan dalam lubang pohon dan ranting pohon yang mati jauh di atas tanah. Sarang juga
umumnya terletak di tumpukan kayu, batu, batu bata, pot bunga dan barang-barang sejenis. Mereka mungkin bersarang di tanah terbuka (sandy). Sarang di tanah memiliki struktur dengan karakteristik; kebanyakan dangkal (kurang dari 10 cm, dengan kamar untuk tempat bertelur tepat di bawah permukaan tanah dengan kedalaman 5 cm. Liang di tanah ditandai dengan adanya kawah sangat kecil dari tanah halus. Struktur sarang (kawah dan gundukan) bervariasi tergantung pada tipe habitat.
Peranan utama dari semut ini adalah hama rumah tangga. Semut ini dapat menimbulkan masalah yang cukup serius. Namun selain itu kehadiran semut ini diketahui dapat mempengaruhi dinamika populasi kutu daun dan dapat meningkatkan atau menurunkan populasi kutu melalui stimulasi, predasi, atau perlindungan.

BANYAK SEMUT DI RUMAH,KANTOR,DAN DI SEKITAR ANDA?? JANGAN JADIKAN TEMPAT ANDA SEBAGAI MARKAS BESAR MEREKA,,:),,,HUBUNGI KAMI!!!!!






NYAMUK...serangga kecil menjengkelkan,,!!!!!!!!


Nyamuk adalah serangga dari ordo diptera yang telah hidup 30 juta tahun yang lalu. Melalui proses adaptasi dan belajar yang cukup lama ini maka kemampuan untuk menemukan mangsanya (inang) tidak diragukan lagi. Alat-alat sensorisnya telah dikhususkan untuk dapat menemukan inang. Sensor yang dapat dideteksi berupa :
Sensor kimia
Nyamuk dapat merasakan keberadaan karbon dioksida (CO2­­­­) dan asam laktat dari radius 100 feet atau 36 meter ( salah satu metode traping nyamuk dewasa adalah dengan menggunakan atraktan berupa gas CO2). Secara alami mammalia dan aves dalam proses respirasinya menghasilkan gas CO2. Selain itu bau keringat juga dapat menarik perhatian nyamuk, sehingga orang yang tidak banyak keringat cenderung jarang ditusuk dan dihisap oleh nyamuk
.
* Sensor visual
Nyamuk mampu mendeteksi mangsanya secara visual dengan melihat warna tubuhnya atau pakaiannya. Pakaian yang berwarna kontras dengan latar lingkungannya, dianggap nyamuk sebagai targetnya. Seperti pada vampir (mayat hidup penghisap darah), motto nyamuk dalam menemukan mangsanya adalah apapun yang bergerak pasti hidup dan mengandung darah. ( so hati-hati dengan KSE’ers yang motonya “Bergerak Tanpa Batas” pasti mudah ditemukan nyamuk)

* Sensor panas
Nyamuk dapat mendeteksi panas, sehingga sangat mudah sekali menemukan inang yang bersifat homoioterm seperti mammal dan aves pada keadaan gelap.
Keberadaan alat sensor ini menimbulkan anggapan bahwa nyamuk lebih mirip pesawat militer dibandingkan dengan seekor serangga. Hal ini juga didukung dengan morfologi dari nyamuk itu sendiri, pada bagian anterior tubuhnya merupakan bagian navigator dengan keberadaan alat-alat sensoris dan terdapat pula alat penusuk dan penghisap. Pada bagian tengah tubuhnya adalah thoraks dengan sepasang sayap terbangnya. Pada bagian posterior adalah abdomen yang merupakan tempat terjadinya berbagai aktivitas metabolisme yang menghasilkan energi layaknya sebagai mesin.
 
Sumber :
Freudenrich, C.C. 2007. HowStuffWorks.com.

Mengenal Entomologi

Entomologi adalah cabang sains yang mengkaji mengenai serangga. Berasal dari bahasa Latin -entomon bermakna serangga dan logos bermakna ilmu pengetahuan. Serangga merupakan kelompok hewan yang terbesar jumlah spesiesnya dibanding hewan yang lain . Saat ini terdapat sekitar 1 juta spesies serangga yang telah dikenali. Bilangan spesies yang sebenarnya tidak diketahui kerana masih banyak yang belum teridentifikasi. Kepentingan pengetahuan entomologi dapat dilihat dari peranan serangga secara langsung maupun tidak langsung dalam kehidupan manusia di bumi ini.


Melimpahnya jumlah serangga membuat kelompok ini menempati hampir seluruh jenis habitat yang ada, bahkan pada habitat yang tidak wajar untuk dihuni hewan seperti di dalam jaringan tumbuhan atau jaringan tubuh hewan lain. Serangga menduduki berbagai macam relung kehidupan dan memiliki fungsi yang beragam di dalam ekosistem sehingga mempelajari mereka merupakan usaha yang sulit, namun bukan berarti tidak mungkin. Karena memilki peran yang bermacam-macam tadi-lah, studi mengenai serangga tidak cukup hanya dari satu disiplin ilmu. Keberadaan mereka dapat dipelajari dari bebagai sudut pandang yang berbeda untuk mendapatkan data mengenai pemanfaatannya. Entomologi merupakan ilmu yang menjadi dasar bagi ilmu-ilmu lain yang memberikan data awal mengenai karakteristik, bentuk kehidupan, dan bermacam pengetahuan lain mengenai serangga yang selanjutnya dapat digunakan untuk menunjang ilmu lain dalam memanfaatkan keberadaan serangga.

Entomologi Kedokteran
Peran entomologi dalam bidang kedokteran terutama berkaitan dengan kemampuan serangga untuk menjadi vektor penyakit. Menurut perannya dalam ilmu kedokteran, serangga dapat digolongkan menjadi: (1)Yang menularkan penyakit (vektor dan hospes perantara);(2)Yang menyebabkan penyakit (parasit); (3)Yang menimbulkan kelainan karena toksin yang dikeluarkan; (4)Yang menyebabkan alergi pada orang yang rentan; (5) Yang menimbulkan entomofobia (perasaan takut terhadap serangga, rasa takut disebabkan oleh bentuknya atau karena gerakannya)
Dari berbagai jenis serangga, serangga dari Ordo Diptera (lalat dan nyamuk) adalah yang paling banyak berperan sebagai vektor penyakit. Banyak penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri ataupun mikroorganisme lain penyebab penyakit seperti Nematoda, dalam penyebarannya dibantu oleh serangga terutama dari kelompok ordo diptera.
Pengendalian vektor dapat digolongkan dalam pengendalian alami (Natural control ) dan pengendalian buatan ( Artifical applied control). Pengendalian alami dapat dilakukan misalnya dengan menggunakan predator alami. Pengendalian buatan dapat berupa pengendalian lingkungan, kimia, fisik, mekanik, biologi, dan pengendalian genetik. Pengembangan metode pengendalian vektor ini masih terus berkembang sehingga memungkinkan untuk menemukan metode yang paling efektif dengan memanfaatkan berbagai disiplin ilmu.

Entomologi Forensik
Perkiraan saat kematian dalam suatu kasus forensik adalah hal yang penting. Perkiraan saat kematian dapat membantu pihak kepolisian dalam konfirmasi alibi seseorang, sehingga mempermudah dalam penentuan tersangka dalam pembunuhan. Dalam ilmu kedokteran, memperkiraan saat kematian tidak dapat dilakukan dengan 1 metode saja, gabungan dari 2 atau lebih metode akan memberikan hasil perkiraan yang lebih akurat dengan rentang bias yang lebih kecil. Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah interpretasi aktifitas serangga (entomologi forensik).
Entomologi forensik mengevaluasi aktifitas serangga dengan berbagai teknik untuk membantu memperkirakan saat kematian dan menentukan apakah jaringan tubuh atau mayat telah dipindah dari suatu lokasi ke lokasi lain. Penetuan waktu kematian dapat dilakukan dengan mengidentifikasi umur serangga maupun telur yang ada pada mayat, sehingga para patologis dapat memperkirakan dengan lebih tepat waktu kematian mayat tersebut. Asumsi pokok bahwa mayat manusia yang masih “baru” belum dikerumuni serangga dan serangga tersebut belum berkembang dalam mayat. Dengan demikian umur serangga yang semakin tua beserta telur yang ditemukan pada mayat dapat dijadikan dasar perkiraan interval post-mortem minimum. Untuk menentukan apakah suatu mayat telah dipindahkan dari lokasi pembunuhan yang sebenarnya dapat dilakukan dengan mengidentifikasi serangga yang terdapat pada mayat dan dibandingkan dengan serangga serupa yang terdapat di sekitarnya. Identifikasi terutama secara molekular akan diperoleh data apakah serangga yang terdapat pada mayat berasal dari daerah tempat mayat tersebut ditemukan ataukah berasal dari tempat lain, karena pada dasarnya bahkan serangga yang sejenis dapat memiliki variasi genetik yang berbeda antara lokasi satu dengan yang lain.

Entomologi Lingkungan
Penggunaan bioindikator akhir-akhir ini dirasakan semakin penting mengingat semakin banyaknya pencemaran terhadap lingkungan. Penggunaan organisme indikator didasarkan pada adanya keterkaitan antara faktor biotik dan abiotik lingkungan. Pemanfaatan serangga sebagai indikator serta pengujian hipotesis dalam menominasikan suatu spesies atau kelompok serangga tertentu sebagai suatu bioindikator telah dibahas oleh McGeoch (1998). Menurutnya, bioindikator atau indikator ekologis adalah taksa atau kelompok organsime yang sensitif dan memperlihatkan gejala terpengaruh oleh tekanan lingkungan akibat aktifitas manusia atau akibat kerusakan sistem abiotik.
Beberapa kelebihan penggunaan serangga sebagai bioindikator adalah :
1) Jumlahnya yang sangat melimpah, sehingga memudahkan dalam menghitung keanekaragamnnya.
2) Sering menunjukkan aktifitas yang bermodus (univoltin, partivoltin atau bivoltin), sehingga populasinya dari tahun-ketahun bereaksi dengan cepat terhadap perubahan lingkungan
3) Umumnya bersifat lokal dan kebanyakan diantaranya cocok untuk pemantauan habitat.
4) Dapat dimonitor dengan metode sampling perangkap pasif, sehingga lebih ekonomis dibandingkan metode monitor secara biologis lainnya.
Serangga yang paling sering digunakan sebagai bioindikator saat ini misalnya adalah capung jarum (Agrionidde / Coenagriidae). Daerah dimana banyak terdapat capung diyakini menunjukan bahwa air di daerah tersebut masih bersih atau tingkat pencemarannya masih rendah. Sebab, capung yang menghabiskan sebagian besar hidupnya pada fase nimfa sangat membutuhkan air yang tenang dan bersih. Serangga lain misalnya semut rangrang () digunakan untuk mendeteksi polusi udara, kunang-kunang untuk memonitor pencemaran , dsb.

Entomologi Ekonomi
Salah satu serangga yang menjadi primadona dalam pengembangan usaha mandiri adalah ulat sutra (Bombyx mori). Budi daya sutera alam memang menawarkan keuntungan yang menggiurkan. Saat ini produksi kepompong ulat sutera alias kokon, masih belum sanggup memenuhi seluruh kebutuhan industri kain sutera nasional. Data Depperin menyebutkan, hingga saat ini, produksi kokon ulat sutera hanya sekitar 250 ton per tahun. Jumlah produksi itu masih jauh di bawah kebutuhan kokon nasional yang mencapai 700 ton per tahun.
Usaha ini sebenarnya sangat gampang dan sederhana. Modalnya pun relatif kecil. Cukup dengan uang Rp 60.000, kita sudah bisa mendapat satu kotak berisi 25.000 telur benih ulat sutera. Tentu juga harus disediakan pula berbagai peralatan dan kebutuhan untuk budidaya ulat sutera. Namun, total modal awal membudidayakan ulat sutera tak lebih dari Rp 2 juta. Dalam waktu 25 hari – 32 hari, kita sudah bisa memanen hingga 20 kg kepompong sutera mentah. Rata-rata, satu kokon akan menghasilkan benang sutera sepanjang 1 kilometer. Masa panennya memang cepat karena siklus hidup ulat sutera sejak larva hingga masa kawin serta bertelur, hanya berlangsung selama sekitar satu bulan. Harga kokon sutera normal berkisar Rp 25.000 hingga Rp 30.000 per kilogram (kg). Jika sudah diolah menjadi benang, bisa naik hingga 10 kali lipat ketimbang harga kokon.
Peternakan ulat sutera sesungguhnya multiguna. Ia bisa berfungsi ekologis- melestarikan alam dan industri ramah lingkungan. Bisa juga bernilai ekonomis dan sekaligus susio-kultural. Kain sutera membuka kegiatan sosial bernilai budaya tinggi dan berdampak langsung pada kesehatan. Serat sutera bersifat higroskopis, menghalangi terpaan sinar ultraviolet, menjaga kekenyalan kulit, dapat di manfaatkan sebagai bahan kosmetik maupun industri pengobatan.

Entomologi Estetika
Berbagai jenis serangga yang mempunyai bentuk dan warna indah dan menarik banyak kita jumpai di alam Indonesia. Keberadaan serangga-serangga ini sangat diminati para pencinta seni, kolektor serta memberikan inspirasi berbagai karya seni, perangko dan sebagainya. Namun kekayaan yang sangat indah ini belum dimanfaatkan secara baik dan efisien. Pemanfaatan serangga indah untuk keperluan perdagangan internasional atau untuk atraksi turis (ekoturisme) perlu mulai digalakkan, antara lain dengan cara menyelenggarakan peternakan serangga, Taman kupu dan sebagainya. Kegiatan ini selain mendukung kegiatan penelitian juga merupakan sarana menarik yang mendatangkan devisa sekaligus menjadi salah satu cara konservasi baik serangga serta habitatnya. Namun yang perlu diperhatiakan adalah penjagaan terhadap kekayaan serangga itu sendiri. Pemahaman mengenai karakter serangga perlu dilakukan agar pemanfaatan dan penjagaannya berjalan dengan lebih optimal.

Entomologi Pengobatan
Selain berparan sebagai vektor penyakit, ternyata sebagian serangga juga memiliki peran yang berkebalikan yaitu sebagai agen pengobatan. Baik dari metabolit yang dihasilkannya (misalnya pemanfaatan undur-undur sebagai obat diabetes) maupun dari segi aktivitas serangga itu sendiri. Salah satu jenis serangga yang saat ini dikembangkan pemanfaatannya adalah lalat.
Larva lalat ( belatung ) memang sejak dulu dipakai untuk membersihkan luka. Ulat ini cuma memakan jaringan yang mati dan mempercepat terjadinya regenerasi. Teknik perawatan seperti ini telahdigunakan terhadap tentara-tenteara yang cedera pada Perang Dunia I. Kini belatung digunakan lagi oleh beberapa dokter. Pakar bedah sering kali menggunakan larva untuk merawat penyakit radang tulang atau osteomyelitis dan kematian sel atau gangrene. Jenis lalat yang sering digunakan untuk perawatan ini, terutama di Eropa, ialah lalat rumah Musca domestica serta jenis Lucilla sericata, Lucilla caecar, Phormia regina dan Wohlfahrtia nuba.
Dalam penelitian lebih lanjut didapatkan bahwa selain berperan sebagai pemakan sel mati, ternyata larva lalat juga dapat menghasikan allantoin, ammonia dan kalsium karbonat. Allantoin merupakan suatu bahan protein yang membantu pertumbuhan sel-sel. Ammonia dan kalsium karbonat dapat membuat luka menjadi alkali. Di dalam keadaan ini kuman-kuman dapat dibunuh di samping meredakan bengkak serta mencegah kematian sel-sel.Dalam perkembangannya, telah diciptakan semacam pembalut luka yang dilapisi dengan cairan kotoran dan sekresi yang telah dimurnikan. Cairan itu diambil dari larva lalat hijau hidup. Terbukti bahwa penggunaan terapi ini lebih mempercepat proses penyembuhan luka.


Entomologi Nutrisi
Bagi kelompok masyarakat tertentu, terutama di Afrika dan beberapa kelompok di Asia, konsumsi larva dan serangga dewasa ternyata memberikan sumbangan zart gizi yang sangat berarti.Tercatat terdapat 1700 spesies serangga yang dimakan di 113 negara. Di Eropa dan Amerika, perburuan serangga untuk dimakan ternyata juga dilakukan, tetapi tujuannya sebagian besar adalah untuk gaya hidup. Banyak orang di negara-negara maju tersebut menyukai gaya hidup di alam bebas atau alam liar termasuk cara mendapatkan makanannya. Bagi mereka, serangga merupakan makanan favorit yang sering diburu. Tentu selain bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan pangan, aktivitas ini juga dapat membantu mengurangi populasi serangga perusak dan mengurangi eksploitassi terhadap daging hewan. Serangga kering dengan berat yang sama dikatakan mengandung protein dua kali lebih banyak dibanding daging mentah hewan, serta kaya dengan lemak tidak jenuh, vitamin dan mineral.
Berbagai jenis serangga di berbagai belahan dunia diolah menjadi bermacam-macam panganan. Di Ethiopia, belalang ditumbuk dan direbus dengan susu, atau dikeringkan dan digiling menjadi tepung. Tepung belalang ini kemudian dicampur dengan minyak sayur dan dipanggang menghasilkan makanan sejenis cake. Di Afrika Barat, rayap digoreng dalam minyak sawit, sedangkan di Malawi dan Zimbabwe rayap dipanaskan sebentar, dikeringkan dan kemudian dijual. Beberapa negara tropis memanfaatkan kumbang air sebagai bahan pangan. Kumbang air raksasa (Lethocerus indicus) atau maeng-da-na sangat dihargai di Thailand karena keunikan rasanya. Panjangnya sekitar 5-6 cm dan ditangkap dengan jaring yang dirancang secara khusus. Setelah dikukus, kemudian direndam dalam saos udang dan digerus menjadi pasta yang disebut mang daar. Di Asia Selatan, pupa dari ulat sutra atau Bombyx mory, dimakan sebagai snack setelah diambil benang-benang sutranya. Sebelum menguraikan benang sutra, kokon dicelupkan ke dalam air mendidih, yang menyebabkan pupa di dalam kokon menjadi masak. Pupa ulat sutra juga dapat digoreng dan dicampur daun jeruk purut, atau dibuat sup dengan brokoli dan rempah-rempah.
Pengolahan serangga sebagai makanan seperti yang diuraikan di atas belumlah setengah dari keseluruhan jenis makanan hasil olahan dari serangga. Di beberapa Negara seperti Thailand misalnya, olahan serangga ini dipasarkan secara komersil menjadi makanan kelas atas sehingga banyak orang yang harus antri demi dapat mencicipi makanan dari serangga ini.

Entomologi Pertanian
Permasalahan antara serangga dan pertanian merupakan masalah klasik yang hingga saat ini masih terus dibicarakan. Sebagian serangga memang dikenaal sebagai penolong dengan membantu proses penyerbukan beberapa tanaman budidaya. Namun sebagian besar lainnya justru menjadi biang kerok hancurnya tanaman petani. Masalah ini masih sering kali terjadi sehingga studi tentang masalah ini belum berhenti.
Pengendalian hama menjadi objek yang sering dikaji karena meskipun telah ditemukan berbagai metode pengendalian, tidak semuanya berhasil dengan sangat optimal pada berbagai kasus. Pada kasus tertentu umumnya memerlukan teknik tertentu pula untuk menanggulanginya. Pengendalian hama yang berkembang saat ini adalah pengendalian hama terpadu yang mengkolaborasikan berbagai teknik demi pencapaian hasil yang optimal. Pengandalian hama terpadu (PHT) dilakukan dengan memadukan dan memanfaatkan semua metode pengendalian hama, termasuk pemanfaatan predator dan parasitoid, varietas tahan hama, teknik bercocok tanam dan yang lain, bahkan bila perlu menggunakan pestisida selektif. Hasil yang optimal dapat diperoleh dengan melakukan analisis yang mendalam terlebih dahulu mengenai teknik apa saja yang harus diterapkan untuk suatu kasus tertentu agar populasi hama dapat ditekan namun tidak berdampak buruk terhadap keseimbangan ekosistem. Pengetahuan akan hal ini sangat diperlukan demi menghasilakan produksi pertanian seperti yang diharapkan, namun tetap tidak merusak lingkungan.

Serangga & Mikrobia

 

Serangga dan mikrobia? Mungkin banyak yang bertanya, “emang apa hubungannya antara serangga dan mikrobia?” Banyak sekali peran mikrobia di alam, seperti halnya serangga, mikrobia juga merupakan organisme cosmopolitan yang bisa hidup dalam berbagai habitat. Mikrobia juga bisa hidup dalam tubuh serangga baik sebagai parasit, patogen, atau bersimbiosis mutualisme dengan serangga.
Bombyx mori (Lepidotera: Bombycidae) merupakan salah satu serangga yang bersimbiosis mutualisme dengan mikrobia. Mikrobia akan membantu larva Bombix mory untuk mencerna makanannya yaitu daun Mulberry dengan enzim selulase yang dihasilkan. penelitian telah membuktikan hal tersebut. terdapat lebih dari 3 jenis mikrobia yang bersimbiosis dengan larva Bombyx mori yang hidup dalam intestinum larva tersebut. Sependek pemahaman saya, salah satu tujuan untuk mempelajari hal tersebut adalah untuk memperoleh isolat bakteri dengan produksi enzim optimal yang dapat ditumbuhkan di laboratorium sehingga enzim selulase yang dihasilkan dapat “dipanen” oleh manusia untuk kepentingan manusia. Enzim selulase ini selain untuk mendegradasi limbah juga berpotensi sebagai enzim untuk menghasilkan gula (karbohidrat sederhana) dari bahan dasar yang mengandung selulosa. Ya..siapa yang tau…mungkin pada masa yang akan datang, manusia tidak bisa lagi menanam tebu.. :(
Bersama dengan postingan singkat ini, kita telah menyediakan link bagi yang ingin memperoleh informasi lebih lanjut tentang mikrobia selulolitik dari Bombyx mori. Sependek pemahaman saya, jurnal ini menyediakan informasi yang cukup lengkap. Bahkan ada informasi mengenai rearing Bombyx mori (tapi tetap perlu penelaahan lebih untuk mengikuti metode dari jurnal ini). Hasil penelitian yang disajikan juga lengkap ^^d. Bisa jadi referensi untuk yang tertarik dengan topik yang sama. Banyak variabel yang dipelajari dalam penelitian ini, antara lain instar larva, pH medium pertumbuhan bakteri, dan enzim yang disekresi. Bahkan enzim yang dipelajari aktivitasnya tidak hanya selulase, namun juga amilase, xilase, dan pectinase O.o . Semoga bisa menginspirasi dan menambah pengetahuan…. ^^d

ANDA PUNYA MASALAH DENGAN SERANGGA?????''JANGAN GALAU..HUBUNGI KAMI,,!!,,JANGAN BIARKAN MEREKA MERUSAK PROPERTY DAN PRIVASI ANDA YANG AKAN MENGAKIBATKAN KERUGIAN YANG SANGAT BESAR DALAM HIDUP ANDA,,,!!!,,HUBUNGI KAMI,,,!!!